Selasa, 11 April 2017

MATEMATIKA SEBAGAI WARISAN BUDAYA



                                    MATEMATIKA EMPIRIS (ABAD KE-6 SM - 1850)

A.   CIRI BUDAYA BANGSA
Rasanya aneh melacak perkembangan matematikapada zaman kuno melalui sejarah Indonesia kuno,    meskipun diluar bidang matematika barangkali ada yang menonjol. Pada garis besarnya, budaya suatu bangsa dapat didefenisikan, Paling tidak sebagian ciri kahasnya  yang terkemuka atau menonjol dari bangsa itu. Umpamanya bangsa Babilonia dan Mesir kuno ciri khas mistik dan seni keindahannya yang dalam (seni rupa, seni patung), bangsa Yunani dengan ide-ide idealnya, bangsa Romawi dengan politik, kekuasaan militer dan suka menaklukan. Budaya Eropa pada tahun 600 – 1100, sebagian besar dicirikan sebagai teologis (teokrasi). Dari tahun 1200 – 1800 budaya eksplorasi alam dan permulaan sains menjadi cirri khas periode itu. Semangat pada  abad ke-19 dan ke-20, dicirikan oleh meningkatnya penguasa manusia atas alam sekelilingnya. Bukti untuk masalah ini bukan saja adanya prestasi umum di bidang sains dan teknologi, akan tetapi juga hasil-hasil dari industri, komunikasi massa yang efektif, serta meningkatnya mesin-mesin otomatis. Bahasa yang kreatif dari suatu budaya sekarang adalah sains,sedangkan matematika adalah abjadnya sains. Anda perhatikan saja, misalnya computer dan telkomunikasi telah mengubah gaya hidup kita sekarang. Bukan saja di Eropa tetapi telah menjalar ke seluruh dunia.

B.    ABAD EMPIRIS DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP MATEMTIKA
Pada abad-abad yang lampau, pada umumnyamatematika berperan sebagai alat yang bukan saja memudahkan perkembangan budaya, akan tetapi sebaliknya mateatika sendiri lebih kurangnya dibentuk oleh budaya itu. Pada awal masa Yunani kuno, dapat dikategorikan abad mtematika empiris. Matematika Babilonia dan Mesir kuno, terutama dikaitkan dengan masalah kalender dan astronomi, dan masalah-masalah praktis tentang pengukuran tanah,survey serta keteknikan primitif. Kelihatanya, pengetehuan tentang artimetika dan proses pengukuran bangsa babilonia telah diturunkan dari hasil karya bangsa Sumeria yang terlebih dahulu mengembangkan artimetika.
Pada tahun 2500 SM (sebelum terikh masehi), perdagangan bangsa Sumeria telah berlangsung dengan permasalahan  pengukuran berat, dan penggunaan artimtika sederhana untuk bangsa majemuk melebihi perhitungan dalam kegiatan sehari-hari. bangsa Babilonia sangat kreatif dalam pembuatan tabel-tabel seperti tabel perkalian, kuadrat dan akar kuadrat. Bahkan mereka telah menggunakan bilangan nol, walaupun penemuan bilangan nol biasanya diberikan sebagai cirri bangsa Hindu. Singkatnya bangsa Babilonia pandai berhitung.
Bangsa Mesir dengan matematika empirisnya, sangat mungkin telah pandai berhitung. Pada awal tahun 3500 SM , mereka telah memperluas perhitungannya sampai ratusan ribu dan jutaan. Karena disana pada waktu itu tidak ada inflansi dan hutang nasional, mereka menggangap tidak terlalu memerlukan sampai pada perhitungan milyard, biliun, apalagi triliun. Bangsa Mesir mengembangkan kecerdikannya yang mempesona dalam penggunaan satuan pecahan (pecahan uniter ); dan inilh alasannya mempercayai bahwa mereka telah mengantisipasi bilangan umum dengan telah  digunakannya bilangan negative sebagai suatu bilangan.
Di samping kenyataan bahwa matematika Babilonia dan Mesir pada dasarnya adalah empiris, namun demikian kedua kebudayaan itu meninggalkan tapak kaki atas masa depan dalam beberapa hal. Ide tentang bilangan ditekankan untuk melayani keperluan pasar seperti halnya renungan terhadap surga, ide tentang bangunan geometri tercakup dalam praktik pengukuran dalam survey, keteknikan dan astronomi. Ada suatu perbedaan: jika pada permulaannya yang lemah dalam penggunaan lambang-lambang aljabar; generalisasi sistem bilangan alam (asli) paling tidak mengantisipasi, jika bukan sekedar dibngun, dan di luar pengalaman dengan pengukuran, tumbuhnya kesadaran akan adanya pengertian ketakhinggaan (infinit) matematis.

C. PENGARUH SIKAP DAN KONTRIBUSI BANGSA YUNANI DALAM MATEMATIKA           
Pada zaman Yunani kuno, kira-kira abad ka-6 SM, maka  datanglah abad matematik. Selam 900 tahun konstribusi budaya Yunani terhadap matematika sangat besar, meskipun cukup aneh, pengaruh mereka terhadap artimetikaseperti kita  ketehui sekarang, sedikit saja.
Harus dihargai bahwa bangsa Yunani membedakan dengan cermat antara dua aspek pengetehuan tentang bilangan biasa: logistike , seni perhitugan dan artimetike, teori bilangan abstrak. Logistike (dalam bentuk bahasa latin) memuat teknik komputasi numeric dan perniagaan dalam kehidupan sehari-hari dan juga di dalam seni dan sains termasuk geografi dan astronomi. Sebaliknya artimtika, berkaitan dengan sifat-sifat bilangan  seperti prima, faktorisasi, kongruen, dan sebagainya dalam arti dan dapat dibandingkan secara kasar dengan “ masa kini atau konteporer atau teori bilangan  elementer. Di mata bangsa Yunani, harus diperhatikan bahwa logistika dipandang bebeda dibawah kuasa matematikawan dan filsuf, yang mampu mereduksi pekerjaan berat ke pada yang lebih ringan, disamping mereka itu meguasai tentang artimetika, juga geometrid an filsafat. Harus ditambahkan lagi bahwa logistika Yunani, jika dibandingkan dengan metode komputasi modern, terlalu kasar dan kaku mengarah pada sistem numerasi yang tidak cukup.
Dua aspek tentang bilangan ini, logistika dan artimetika dipandang secara terpisah sampai kira-kira ditemukan percetakan, meskipun dari waktu ke waktu nama-nama tersebut terus berubah. Pada Abad Pertengahan, logistike, atauv”atimetika praktis” diacu oleh penulis italia sebagai practica atau pratiche; Penulis Latin pada masa renaissance mengatakan seni berhitung sebagai ars supputandi. Peulis Belanda menyebutnya ciphering. Sering kali perhitungan masi kita sebut rekening, peggangan (Ingat pegang buku’) atau kalkulasi. Orang Jerman menggunakan istilah Rechnen untuk kalkulasi, meskipun istilah mereka arithmtika meliputi kedua aspek . kata modern kita aritmetika mulai dipakai bagi ke dua cabang pada abad ke enam belas.
Tidak banyak yang perlu dikatakan tentang arithmetika Yunani. Untuk melihatnya di dalam perspektif yang sama, dapat diingat kembali bahwa Pythagoras (tahun 500 SM) membagi bidang studi matematika ke dalam empat cabang, quadrivium: (1) bilangan mutlak  atau arithmetic, (2) bilangan terpakai atau music, (3) bersaram diam atau geometri , dan (4) bersaran bergerak atau astronomi. Kelemahan artimetika Yunani  terletak pada kenyataan bahwa hampir dari sejak awal, matemtika Yunani kalah pengaruh terhadap sejumlah mistik dan kebudayaan timur. Makin lama  takhyul  dan manakawi  adat istiadat yang berkaitan dengan bilangan meningkat yang akhirnya sampai merugikan Yunani terhadap pengetahuan dan matematika. Bilanagn “ajaib’’, Gematria dan pada pelopor sejak pada abad pertengahan dan numerlogi modern tidak meragukan bahwa memang kenyataanya mereka mempertahankan Yunani sebagai perangkum aljabar, bahkan menemukan kalkulus.
Bagaimanapun, di samping kekurangan-kekurangan itu, selama perode hampir seribu tahun (600-300 SsM), bangsa Yunani memberikan beberapa konstribusi penting kepada artimetika atau teori bilangan, misalnya (1) mereka telah sampai pada dasar teori yang berkaitan dengan habis dibagi , (2) mereka telah menemukan dan membuktikan  bahwa bilangan prima adalh tak hingga banyak, (3) mereka telah membuktikan bahwa  adalah bilangan irasional,     (4) bahwa pada umumnya, satruan sisi suatu persegi (bujur sangkar) tidak uniter dengan satuan diagonalnya (perbandingan bukan bilangan irasional). 
Konstribusi bangsa Yunani terhadap matematika bukanlah mendalamnya  pada teori bilangan, yang semuanya itu sederhana saja, dan bukan pula pada keterampilan mereka dalam seni berhitung, yang tidak masuk akal. Melainkan konstribusi mereka  lebih berkaitan dengan dua konsep pokok atau sikap: Pertama  adalah kepercyaan didalam metode penalaran deduktif yang merupakan dasar atu fondasi untuk membangun struktur geometri. Yang kedua, kepercayaan bahwa lingkungan fisik kita dapat didesprisikan dalam term-term matematika, yaitu singkatany adalah bahasa sains. Kedua warisan itu member pengaruh yang mendasar atas kebudayaan Barat pada dua ribu tahun kemudian. Perkenbangan aritmetika dan matematika pada saat itu berada pada gengaman para filsuf.

D.     PERIODE MANDUL (STAGNASI 400 – 1200)
Sesudah jatuhnya Romawi , Eropa terpuruk pada periode stagnasi dan mandek selama hampir 1000 tahun. ( Candi Brobudur dan Prambanan dibangun pada kurang lebih abad ke-8-9, saying tidak atau belum diketahui peninggalan matematika yang mendasarinya). Dari sekitar tahun 400 sampai tahun 1400, matematika merefleksikan kondisi budaya umum  di Eropa saat itu, gersang dan mandul. Pada saat itu, matematika dipertahankan hidupnya oleh beberapa orang secara penuh dan para pakar dari kalangan gereja. Salah satu yang terpengaruh pada masa itu adalah Boethius (tahun 500). Sedangkan dari matematikawan gereja  dikenal  Alcuino (tahun 775), dan Rahib Perancis,Gerbert, yang kemudian menjadi Paus dengan  gelar Sylvester  II (tahun 1000). Gerbert banyak melakukan perjalanan panjang ke Italia dan Spanyol, sehingga menjadi terbiasa dengan bangsa Arab (utamanya –Arab).
     Bersamaan dengan menurnya feodalisme selama abad ke-12, 13 dan 14cmuncullah kekuatan ekonomi dikota-kota seperti  Milan, Fanesia, Florence, Pisa dan Genoa. Pada saat yang bersamaan, matematika mullai dampak kemajuan pada teknologi dan karya seni, seperti halnya meningkatkan perdagangan dan ekonomi moneter. Penulis terkenal  seperti Leonardo dari Pisa , juga terkenal sebagai Fibonacci, dengan klaryanya yang sangat terkenal, Liber ABACI, membantu menyebar luaskan system angka  Hindu-Arab keseluruh Eropa, tetapi bukanhanya hambatan.

E. MASUKNYA HINDU-ARAB KE EROPA
    Angka Hindu-Arab  menunjukan jalannya sendiri untuk masuk ke Eropa, seperti biasanya melalui kontak dagang, dan melalui para sarjana yang belajar di universitas Spanyol. Mula-mula tidak diterima  secara mulus, adopsinya sangat dirahasiakan oleh keenggangan dan prasangka, akan tetapi masalh ini tidak sampai menjelang pada abad ke-16, perangkaan Hindu-Arab  ke seluruh Eropa, tetapi bukan hambatan.
    Jatuhnya kaisar Byzantine dari Romawi sekitar tahun 1450’, menunjukan kembalinya minat pada matematika utamanya pada penelitian hasil karya bangsa Yunani. Salah satu penulis yang berpengaruh pada waktu itu adalah matematikawan Bangsa Jerman Regiomotanus, yang terkenal dengan karyanya trigonometri, memberikan motivasi penting kepada matematika secara umum. Selam dua abad sesudah Fibonacci, langkah  kemajuan makin dipercepat  setelah anka Hindu-Arab mulai mendapat tempat, percetakan telah menjadi nyata dan minat terhadap matematika makin meluas  sampai jauh di luar kota-kota Italia. Menutup puncak kejayaan Regionominus datanglah Luca Pacioli dengan bukunya  summa Arithmetica (tahun 1494), yang merupakan salah satu buku cetak arithmetika paling awal dan sangat disambut antusias.
    Pada abad ke-16 aritmetika terus mekar , sekaligus cakrawala Matematika. Dalam periode berbuah lebat ini, kita dapat The Ground of Afters tulisan Robert Recorde (tahun1540), yang merupakan salah satu buku artimetika paling terkenal yang  pernah diterbitkan .  penulis Belanda, Gemma Fritius, pengarang buku teks yang terkenal dalam menggabunkan artimetika teoretis dengan komersial.  Simon Stevin , matematikawan Flemish adalah orang yang membuat instrument tentang penggunaan pecahan; dan sebagai penentu zaman, John Napier, bangsawan Skotlandia , menemukan logaritma (tahun 1614). Dari tahun  1650 sampai tahun 1850, minat Para matematikawan dikejutkan oleh munculnya  geometri analitis oleh Rene Descrates dan kalkulus oleh Newton dan Leibniz, utamanya dalam menfokuskan analis seperti dalam aljabar dan geometri.

F. RENE DESCRATES (1596 -1650)
    RENE Descrates matematikawan besar Prancis adalh juga filsuf, hidup dalam jaman perubahan, seperti dunia saat ini juga.  Masa ketika Descrates hidup adalah masa ketika munculnya ide-ide baru tentang sains, matematika, filsafat, dan kesusastraan yang banyak diciptakan oleh para raksasa intelektual  seperti Newton, Galileo, Fermat dan Shakespear.
    Ketika mudanya Descrates adalah pemudah yang ringkih (lemah tubuh) dan karenanya orang tuanya mengijinkan banyak istrahat di tempat tidurnya, dan disitulah ia belajar dan memikirkan tentang dunia. Pada usIa delapan belas tahun ia mendaftar jadi prajurit.
      Pada bulan November, 1619, ketika ia sedang kemping didusun yang kecil di Danube, ide yang besar muncul dalam mimpinya. Didalam mimpinya ia melihat bagaimana aljabar dapat diterapkan dalam geometri.
     Dalam musin dingin tahun 1650, ia menjadi guru di Queen Cristina di Swedia.  Malangnya sang putrid (putri raja) di sekolah meminta untuk dihajar  pada jam 5 pagi, dan didalam ruangan tanpa pemanas ruangan. Descrates sangat lemah untuk mempertahankan diri tidak tidur dalam cuaca terlalu dingin di musim Swedia, dan segeralah ia jatuh sakit pneumonia dan meninggalkan.


  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar